Prinsip Gerakan Pondok Pesantren Ngalah

“… gek pasar, gek embong, gek masjid iku dulurmu kabeh, sikapnya merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek.”
Sebagaimana Misi utama agama diturunkan adalah untuk kemanusiaan oleh karena itu jika agama dijalankan dg mengabaikan sisi2 kemanusiaan maka sesungguhnya dia menghilangkan peran agama itu sendiri, kita tahu sekitar Tahun 2000 an radikalisme agama dan politik di Indonesia begitu kuat sampai muncul peristiwa yg sangat memprihatinkan adanya bom bali 1 dan 2, nah dari sekian peristiwa intoleran dan radikalisme yang muncul itu maka pondok ngalah tampil secara terang2ngan melawan kelompok2 intoleran dan radikalisme yg ada bahkan secara langsung pondok ngalah pasang badan untuk melindungi keberadaan saudara2 non muslim dg berbagai cara mulai dari meresmikan gereja, membuka gereja yg di segel dan yg ditentang keberadaannya oleh masyarakat serta merekomendasikan perizinan adanya gereja dan lain sebagainya, pada Tahun 2003 sampai 2005 ngalah mencoba merajut kembali kerukunan antar umat beragama yang mulai terkoyak dengan mengadakan berbagai kegiatan lintas agama, mulai dialog antar umat beragama, seminar kebangsaan, sarasehan budaya serta pagelaran budaya hal itu bertujuan untuk memperkokoh kembali persatuan bangsa dan umat sekaligus sekaligus untuk membendung faham2 radikalisme, pagelaran budaya sering diselanggarakan ini dengan maksud agar bangsa indonesia ini tetap mencintai budayanya sendiri tidak justru mencitai budaya orang lain dan menjelek2kan bahkan membid’ah2kan serta mengharamkan budaya bangsa yg indah ini, para kelompok2 radikal seringkali mempertentangkan budaya bangsa indonesia namun bangga dengan budaya bangsa lain untuk itu budaya harus dilawan dg budaya dg cara melestarikan budaya nusantara, dipuncak acaranya pada tahun 2006 diterbitkanlah buku serumpun bambu “jalan menuju kerukunan sejati” yang ditulis oleh para pemuda dan pemuka lintas agama serta para cendikia ngalah, dimana Makna filosofinya kita harus bersatu sebagaimana pohon bambu yg tidak akan pernah tumbang walupun ada badai, sedangkan untuk membentengi serta memberikan pedoman bagi para santri dari paham radikalisme dan intoleran dan juga agar berwawasan kebangsaan maka diterbitkanlah buku pedoman santri dalam berbangsa dan bernegara tahun 2006 yang sampai sekarang sdh ratusan ribu buku tersebut dicetak dan sebar luaskan secara gratis kepada semua jama’ah alumni, masyarakat umum bahkan keberbagai daerah dan instansi, bagi santri buku tersebut merupakan buka pegangan hidup yg wajib di pahami, begitu halnya dalam rangka membendung paham radikalisme agama diterbitkanlab buku galak gampil yg memberikan pegangan kepada masyarakat awam bahwa agama itu mudah dan luwes, berbagai amaliyah dan tradisi masyarakat tidak serta merta haram untuk dilakukan sebagaimana propaganda kaum radikal yg sedikit2 mengharamkan dan menyesatkan tradisi masyarakat, banyak pilihan hukum bagi umat ini, ada yg boleh ada yg tidak membolehkan, (2006). Pada tahun 2009 kita kehilangan sosok pengayom umat, bapak pluralisme yakni kyai haji Abdurrahman Wahid, umat gelisa akan kepergian tokoh pelindung minoritas sehingga banyak umat yang khawatir akan timbulnya perpecahan umat, maka pada tahun 2010 pondok ngalah kembali merangkul semua umat untuk di ajak bertemu dan membangun komitmen perdamain lintas iman yg di kemas dalam sarasehan budaya serta seminar kebangsaan yg di dalamnya ditanda tangani prasasti perdamain oleh ketua2 agama pusat dan juga di tuangkan dalam sebuah buku dasar2 multikultural, selain itu juga agar para santri yg sudah terjun di masyarakat sebisa mungkin menyampaikan pesan2 pentingnya kerukunan dan perdamain dalam berbangsa dan bernegara kepada masyarakat umum maka diterbitkan juga buku khutbah ngalah cerminan nilai kedamaian thun 2007, tidak berhenti disitu kyai mengajari pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ini, maka berbagai maklumat beliau tulis dan menjadi pakem amanah para santri dan alumni, begitu juga ketika kaum sufi dipertanyakan nasionalismenya maka para cendikia ngalah menjawab dg menerbitkan buku tarikat dan semangat nasionalisme tahun 2018 sebagai bentuk karya yg dipersembahkan dalam musda jatman idaroh wustho jawa timur tahun 2018 di pondok ngalah di samping itu juga ditandatangani ikrar perdamaian dunia yg di tanda tangani oleh para konsulat dari beberapa negara, untuk terus memberikan dan menamkan jiwa nasionalisme para santri dan mahasiswa maka buku pedoman santri sampai hari ini dicetak dan wajib dimiliki oleh santri serta buku dasar2 multikulturalisme dijadikan kurikulum wajib disemua jurusan yg ada di Universitas yudharta pasuruan, serta maklumat2 kyai tentang kebangsaan dan nasionalisme terus di keluarkan dan disampaikan, dalam setiap moment wisuda ikrar dan janji setia terhadap negara dan pancasila terus di sampaikan. (Gus Dayat, MM)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *